Biografi Singkat Muhammad Al-Fatih 1453 H


      Mehmed II bin Murad II atau dikenal Muhammad Al-Fatih lahir pada 29 Maret 1432. Dikatakan bahwa ketika menunggu proses kelahirannya, Murad II menenangkan dirinya dengan membaca Al-Qur’an dan lahirlah anaknya saat bacaannya sampai pada surat Al-Fath, surat yang berisi janji-janji Allah akan kemenangan kaum muslimin[1].

    Muhammad Al-Fatih dididik sejak kecil untuk menjadi seorang penakluk Kota Konstantinopel. Beliau dididik oleh dua ulama besar pada waktu itu yaitu Syaikh Syamsuddin dan Syaikh Ahmad bin Ismail Al-Kurani. Syaikh Aaq Syamsuddin adalah ulama yang sangat terpelajar dan menguasai berbagai bidang ilmu dalam waktu yang bersamaan. Beliau hampir setiap hari mendidik Al-Fatih untuk meyakinkan bahwa dirinya akan menjadi ‘pemimpin terbaik’ dalam hadist sebagai penakluk Konstantinopel. Dari beliau juga Al-Fatih belajar berbagai disiplin ilmu dari matematika, fisika, astronomi, seni, militer, sirah nabi dan sahabat, dan ilmu-ilmu lainnya. Sedangkan Syaikh Ahmad Al-Kurani adalah ulama yang mengajarkan Al-Fatih membaca dan menghafal Al-Quran sehingga dalam umur 8 tahun Al-Qur’an sudah dihapalnya. Dari kedua ulama ini, yang memberikan kontribusi besar dalam mendidik dan membentuk keperibadian Al-Fatih menjadi seorang Ghazi (Ksatria Pertolongan Allah) dalam menakukan Konstantinopel.

       Al-Fatih memberikan ibrah (pelajaran) kepada kita semua bahwasanya untuk menjadi seorang seperti dirinya tidak hadir begitu saja. Melainkan, harus ada didikan dan tempaan yang luar biasa dalam menghadirkan keperibadiannya. Bukan hal yang tidak mungkin, ketika kita ditempa menjadi seorang pribadi yang handal, tangguh, dan semangat mewujudkan bisyarah (janji rasul) seperi beliau maka Al Fatih-Al-Fatih pada zaman sekarnag ini akan banyak bermunculan.

Kerajaan Ustmani dalam visi dan misinya hanya satu tujuan yaitu untuk mewujudkan Bisyarah dari Rasul untuk menaklukan Konstantinopel. Dalam sebuah hadist dari Abdullah bin Amri bin Ash: “bahwa ketika kami duduk di sekelilingi Rasulullah saw untuk menulis, lalu Rasulullah saw ditanya tentang kota manakah yang akan futuh terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma. Maka Rasulullah saw menjawab, ‘Kota Heraklius terlebih dahulu,’ yakni Konstantinopel” (H.R Ahmad). Inilah yang menjadi minyak yang terus menyalakan api dari Kerajaan Ustmani yang dapat direalisasikan oleh khalifah ke-7 yaitu Mehmed II bin Murad II.

“Lebih daripada yang bisa dilihat oleh mata”, inilah yang cocok dalam menerangkan pada masa penaklukan Konstantinopel. Pada waktu itu masyarakat muslim dibenturkan dengan realitas yang ada bahwa kekuatan umat islam tidak akan pernah mampu untuk menaklukan Kerajaan Bizantyium itu. Karena kerajaan ini memiliki kekuatan yang luar biasa terutama dalam hal benteng yang tetap kokoh kurang lebih 1.000 tahun. Kalau dianalogikan pada masa kini yaitu semisal Indonesia menaklukan Austarlia (itu menurut saya). Jadi sebenarnya yang menjadi kunci kemenangan Al- Fath yaitu yakin akan ‘Janji Allah’ dan Rasulnya tanpa memperdulikan hambatan dan realitas yang ada sehingga inilah menjadi penyemangat pada Al-Fatih beserta pasukannya. So, ketika kita bicara mengenai suatu saat nanti umat islam akan menaklukan Kota Roma yang merupakan bisyarah Allah dan Rasul, pertanyannya apakah kita percaya atau tidak dengan pernyataan Rasul.

Selanjutnya, keperibadian Al-Fatih yang mudah ditiru oleh kita semua pada zaman dulu, sekarang, dan nanti yaitu perhatian lebih terhadap amalan ‘solat’. Beliau termasuk orang yang tidak pernah masbuq solat berjamah, tidak pernah meninggalkan solat malam, dan tidak pernah meninggalkan solat rawatib. Menurut Imamal Al-Qurthuby dalam tafsirnya, ‘aqimu’ bukan berarti ‘qama’ yang berarti ‘berdiri’, melainkan kata itu berarti ‘bersinambung dan sempurna’ sehingga perintah tersebut berarti ‘melaksanakannya dengan baik, khusyuk dan bersinambungan sesuai syarat dan rukunnya. Ini menjalaskan bahwa solat mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam keseluruhan ibadah kepada allah swt. Oleh karena itu, jika kita ingin menjadi orang yang minimal hampir sama dengan beliau Al-Fatih, mari bersama-sama kita memperbaiki solat kita dan mengamalkan praktik solat seperti beliau.



[1] Dalam buku Muhammad Al-fatih karya Felix Y. Siaw hlm. 43

0 Response to "Biografi Singkat Muhammad Al-Fatih 1453 H"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel